ASN Berpolitik, Praktis?



Sebagai warga negara yang mempunyai hak untuk memilih dalam pemilu, sebenarnya saya pribadi adalah pemilih yang baik (menurut saya, sih) pada pemilu 2014 maupun pilkadal 2018, alias bukan golput.

Tapi setelah melaksanakan pencoblosan di bilik suara dan jari saya sudah diberi tinta, ya sudah. Saya tak terbawa-bawa pada dukung mendukung Paslon tertentu.

Bagi saya, siapapun paslon yang dinyatakan menang oleh KPU, itulah "pemimpin kita bersama" yg merupakan pilihan rakyat.

Tapi itu hanyalah pandangan saya pribadi. Walaupun di beberapa organisasi/lembaga/paguyuban saya kadang ditunjuk ebagai pengurus/ketua, tapi saya tak akan menggiring anggota maupun pengurus lainnya (apalagi pembaca yang terhormat) untuk berpikiran sama seperti saya.

Bagi warganet lebih-lebih jika berstatus sebagai seorang ASN yang dituntut untuk selalu menjaga netralitas, menulis opini berisikan politik di media digital sangatlah beresiko. Mengingat jejak digital seringkali dimanfaatkan sebagai bukti dalam beberapa kasus pelanggaran ITE. Apalagi di era ini, banyak sekali pengguna media sosial yang suka berbagi suatu informasi tanpa diseleksi terlebih dahulu, menjadikan sesuatu yang sebenarnya masih samar-samar terlihat paling benar, sesuatu yang sebenarnya salah dikemas dan dibumbui sedemikian rupa sehingga terlihat sangat wah. Saking ramainya pengguna media sosial sampai-sampai kata-kata kasar beterbangan di beranda media yang dampaknya sangat dasyat melebihi medan kurusetra, sebuah perang bersenjata beneran yang sangat terikat dengan aturan. Grup-grup dan beranda-beranda menjadi tempat beradu opini dan argumen seperti ajang debat di stasiun televisi swasta.

Tetapi saya tak akan memulai debat di sini, takut merusak persaudaraan yang sudah terjalin baik selama ini. Apalagi pertemanan kita sangat majemuk, tentunya akan meninbulkan pro & kontra yang berkepanjangan.

Mencermati pendaftaran capres/cawapres yg hanya dua pasang, rasanya kok seperti mengulang cerita lama.

(Walaupun kami warga Kabupaten Magelang sudah tidak kaget mengikuti pemilu yg hanya menampilkan duel 2 Paslon)

-Pilpres 2014: Jokowi-Prabowo

-Pilgub 2018: Ganjar-Said

-Pilbup 2018: Duo Zaenal Arifin (dulu duet, sekarang duel)

Melihat situasi sekarang yang selalu berkembang, maka saya rasa perlu membuat sebuah pernyataan resmi di media ini sebagai berikut:

“Saya tidak mencalonkan diri menjadi Presiden, Wakil Presiden ataupun anggota legislatif level manapun dalam pemilu 2019”

Demikian pernyatan saya, semoga rekan semua tetap dewasa & bijaksana dalam menyikapinya.

Dirgahayu Republik Indonesia!

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak